Demokrasi
Indonesia dan Perspektif dalam Islam
MAKALAH
INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS FIQH
Disusun
oleh:
-Muhammad Lutfiansyah (1148030151)
SOSIOLOGI D
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
2014-2015
Kata
Pengantar
Puji
dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat-Nya. Tak lupa sholawat serta salam kita curah limpahkan kepada Nabi besar
kita Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai kepada
kita selaku umat-Nya hingga
akhir zaman.
Akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Demokrasi Indonesia dan Perspektif
dalam Islam”. Penyusunan makalah ini penulis dasarkan pada beberapa referensi
buku dan internet yang telah dibaca. Diharapkan makalah ini selain untuk memenuhi
tugas Fiqh juga dapat memberikan wawasan baru terhadap
pembacanya.
Walaupun
demikian, penulis sangat sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan. Akhir
kata, penulis ucapkan terimakasih kepada yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.
Bandung, 31 Maret 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Makna
Demokrasi. 2
2.2 Islam
dan Demokrasi 4
2.3 Pengaruh
dalam Demokrasi Islam dan sikap Islam terhadap demokrasi ...........5
BAB III PENUTUP 7
A. Simpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 8
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejak
Orde Baru lengser pada 1998, demokrasi telah menjadi kosakata paling banyak
diucapkan. Demokrasi telah menjadi kata kunci penting yang identik dengan
perjuangan gerakan reformasi yang digulirkan oleh para tokoh reformasi dan
kalangan mahasiswa. Tak ada reformasi tanpa demokrasi. Demikian sebaliknya, tak
ada demokrasi tanpa reformasi.
Menjelang pemilu 1997 Indonesia telah diwarnai
isu-isu penting seperti demokratisasi,marjinalisasi partai politik,lembaga
perizinan bicara,dll. Isu-isu tersebut sangat esensial yang menunjukkan sejauh
mana demokrasi di Indonesia.
Demokrasi memang menjadi sebuah kata yang paling
diminati oleh siapa pun di dunia. Di tengah proses
demokratisasi global,banyak kalangan ahli demokrasi diantaranya Larry
Diamond,Juan J.Linze,Seymour Martin Lipset,menyimpulkan bahwa dunia Islam tidak
memiliki prospek untuk menjadi demokratis serta tidak memiliki pengalaman
demokrasi yang cukup andal.
Disisi
lain umat Islam sering kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang
sama,demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa
diterima secara utuh. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara yang lain justru
bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali
B. Rumusan
Masalah ?
1. Apakah makna demokrasi
secara umum maupun dalam perspektif Islam
2. Bagaimana hubungan antara Islam dan Demokrasi?
3. Pengaruh dan sikap Islam terhadap Demokrasi
C. Tujuan
Makalah
1. Mengetahui
makna demokrasi secara umum maupun dalam pandangan Islam
2. Memahami
hubungan antara Islam dan Demokrasi
3. Mengetahui
pengaruh dan sikap Islam terhadap Demokrasi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Makna Demokrasi
A.
Demokrasi
(Umum)
Demokrasi berasal dari 2 kata dari
bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya rakyat dan Cratos yang artinya kekuasaan
atau kedaulatan. Menurut Abraham Lincoln Demokrasi itu adalah sebuah sistem
pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk rakyat. Jadi demokrasi itu
adalah suatu sistem pemerintahan yang bertumpu pada rakyat,dilakukan secara langsung
oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas.
Dalam
sejarahnya,demokrasi sering bersanding dengan kebebasan (freedom). Namun
demikian,demokrasi dan kebebasan tidaklah identik. Demokrasi merupakan sebuah
kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan,bahkan juga mengandung sejumlah
praktik dan prosedur menggapai kebebasan yang terbentuk melalui perjalanan
sejarah yang panjang dan berliku. Secara singkat,demokrasi merupakan bentuk
institusionalisasi dari kebebasan.
Sejalan dengan perkembangannya,demokrasi
mengalami pemaknaan yang berkembang di kalangan para ahli. Menurut Joseph A.
Schmitter,demokrasi adalah suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana setiap individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan
cara perjuangan kompetitif atas perjuangan rakyat. Dapat disimpulkan bahwa
hakikat demokrasi adalah sebuah proses bernegara yang bertumpu pada peran utama
rakyat sebagai pemegang tertinggi kedaulatan.[1]
B.
Demokrasi
(Islam)
Demokrasi Islam adalah ideologi politik
yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip agama Islam ke dalam kebijakan
publik. Sebenarnya, istilah demokrasi-islam merupakan istilah yang mengalami
Kontradiksi-terminis. Sebab demokrasi islam terdiri dari 2 istilah yang
mewakili 2 konsep yang asing antara satu sama lain. Islam dan Demokrasi
memiliki pengertian dimana pandangan antara keduanya berbeda.
C.
Kondisi
Sosial dan Politik Demokrasi
Kondisi beragam yang dihadapi masyarakat
menyebabkan sistem demokrasi diadopsi oleh banyak negara. Berkembangnya teori
demokrasi berawal dari sejarah Yunani kuno. Pada waktu itu, banyak terjadi
peristiwa dan kesempatan yang memberi ruang besar bagi rezim demokrasi untuk
berkembang di Yunani. Dari sebuah teori dengan struktur sistem dan kepercayaan
yang sangat sederhana, demokrasi kemudian mulai dikenal banyak orang. Seiring
dengan perkembangan zaman, sedikit demi sedikit demokrasi mulai
dipelajari,direkonstruksi,dan dikembangkan pada generasi-generasi berikutnya.
Pendekatan sejarah menunjukkan betapa
kesuksesan demokrasi dimulai dengan revolusi dan dikembangkan oleh evolusi,dan
kini demokrasi telah mencapai masa matangnya dan akan tetap demikian. Leislie
Lipson memberikan bukti konkret bahwa demokrasi akan selalu eksis dengan segala
kelebihan yang dimilikinya. Akan tetapi,apabila tidak didukung oleh kekuatan
stabilitas pendidikan yang mantap,usaha ini tidak akan berhasil.[2]
Yang jelas, Demokrasi tidak dapat diciptakan
dalam sekejap, tetapi ini akan berproses dan membutuhkan waktu yang tidak
sebentar. Namun demikian,kran-kran demokrasi seharusnya dibuka secara
secukupnya oleh pemerintah sehingga tidak menyumbat arus yang semakin kuat yang
mungkin kalau tidak tersalurkan justru akan menjebol saluran yang ada.[3]
Demokrasi juga mempengaruhi pembangunan
politik. Salahsatu pandangan mengenai konsep pembangunan politik adalah
berhubungan dengan penguatan nilai-nilai dan praktek-praktek bagi dasar
demokrasi,maupun dengan kemajuan ke arah masyarakat yang demokratis. [4]
2.2 Islam dan Demokrasi
Di tengah proses demokratisasi global,banyak
kalangan ahli demokrasi diantaranya Larry Diamond,Juan J.Linze,Seymour Martin
Lipset,menyimpulkan bahwa dunia Islam tidak memiliki prospek untuk menjadi
demokratis serta tidak memiliki pengalaman demokrasi yang cukup andal. Hal
senada juga dikemukakan oleh Samuel P.Huntington yang meragukan Islam dapat
berjalan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang secara kultural lahir di barat.
Karena alasan inilah dunia Islam dipandang tidak menjadi bagian dari proses gelombang demokratisasi dunia.
Kesimpulan yang didapat dari para ahli
tampaknya tidak terbukti jika mencermati perjalanan demokrasi di
Indonesia,negara muslim terbesar di Dunia. Beberapa kali pelaksanaan Pemilu
secara langsung telah berlalu tanpa menimbulkan pertumpahan darah. Keberhasilan
pelaksanaan Pemilu di Indonesia secara aman dan damai telah menjadi bukti di
hadapan dunia bahwa demokrasi dapat dipraktikan di tengah-tengah masyarakat
Muslim mayoritas.
Setidaknya
terdapat tiga pandangan tentang Islam dan Demokrasi:
Pertama,
Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa di
subordinatkan dengan demokrasi karena islam merupakan sistem politik yang
mandiri.
Kedua,
Islam
berbeda dengan demokrasi. Jika demokrasi didefinisikan secara prosedural
seperti dipahami dan dipraktikan di negara-negara barat. Kelompok kedua ini
menyetujui adanya prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam. Tetapi mengakui adanya
perbedaan antara Islam dan Demokrasi.
Ketiga,
Islam
adalah sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi
seperti yang dipraktikkan negara-negara maju. Islam di dalam dirinya demokratis
tidak hanya karena prinsip syura
(musyawarah), tetapi juga karena adanya konsep ijtihad dan ‘ijma
(konsensus).
Penerimaan negara-negara Muslim (Dunia
Islam) terhadap demokrasi sebagaimana yang dikemukakan oleh kelompok ketiga
ini,tidak berarti bahwa demokrasi dapat tumbuh dan berkembang di negara Muslim
secara otomatis. Bahkan yang terjadi adalah kebalikannya dimana negara-negara
muslim justru merupakan negara yang tertinggal dalam berdemokrasi, sementara
kehadiran rezim otoriter di sejumlah negara muslim pada umumnya menjadi
kecenderungan yang dominan.[5]
2.3 Pengaruh dalam Demokrasi Islam dan
sikap Islam terhadap demokrasi
A.
Faktor
lambatnya pertumbuhan Demokrasi Islam
Terdapat
beberapa argumen teoritis yang menjelaskan lambannya pertumbuhan dan
perkembangan demokrasi di dunia Islam. Diantaranya:
Pertama,
Pemahaman doktrinal menghambat praktik demokrasi. Hal ini disebabkan oleh
kebanyakan kaum muslim yang cenderung memahami demokrasi sebagai sesuatu yang
bertentangan dengan Islam.
Kedua, Persoalan
kultur. Penerapan demokrasi pernah mengalami kegagalan karena warisan kultural
masyarakat muslim sudah terbiasa dengan autokrasi dan ketaatan absolut kepada
pemimpin.
Ketiga, Sifat
alami demokrasi itu sendiri. Untuk membangun demokrasi diperlukan
kesungguhan,kesabaran,dan waktu.
B.
Sikap
Islam terhadap demokrasi
Umat
Islam seringkali kebingungan dengan istilah demokrasi. Di saat yang sama,
demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai dengan hari ini masih belum bisa
diterima secara bulat. Sebagian kalangan memang bisa menerima tanpa reserve, sementara yang lain justru
bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya sama sekali. Tak sedikit
sebenarnya yang tidak bersikap sebagaimana keduanya. Artinya,banyak yang tidak
mau bersikap apapun. Kondisi ini dipicu dengan banyak dari kalangan umat islam
sendiri yang kurang memahami bagaimana islam memandang demokrasi.Demokrasi
tidak sepenuhnya bertentangan dengan islam,tetapi banyak prinsip dan konsep
demokrasi yang sejalan dengan Islam. Tetapi demokrasi juga dianggap sebagai
bentuk pemerintahan yang paling logis. Walaupun barangkali bukan satu-satunya
yang terbaik. Demokrasi membuat pembangunan sebagai aspek potensi manusiawi
melalui persamaan akses pada pendidikan dan peran serta aktif dalam semua aspek
kehidupan sosial[6]
Dalam
konteks demokrasi Indonesia,kesungguhan dan kesabaran dari kalangan elite
nasional untuk membangun demokrasi di negeri ini dengan cara berpolitik
santun,bersih dari unsur-unsur politik manipulatif serta berorientasi
kesejahteraan rakyat. Bagi kalangan elite islam,kesungguhan dan kesbaran mereka
diharapkan tercermin dalam sokongan mereka untuk menyerukan nilai-nilai islam
seperti amanah dan shiddiq, menjadi sokongan praktik
berdemokrasi di Indonesia,sembari bersabar dengan hal-hal negatif yang mungkin
timbul dari sistem politik demokrasi.[7]
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Demokrasi berasal dari 2 kata dari
bahasa Yunani yaitu Demos yang artinya rakyat dan Cratos yang artinya kekuasaan
atau kedaulatan. Menurut Abraham Lincoln Demokrasi itu adalah sebuah sistem
pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat,dan untuk rakyat. Sedangkan Demokrasi
Islam adalah ideologi politik yang bertujuan untuk menerapkan prinsip-prinsip
agama Islam ke dalam kebijakan publik.
Di tengah proses demokratisasi global,banyak
kalangan ahli demokrasi diantaranya Larry Diamond,Juan J.Linze,Seymour Martin
Lipset,menyimpulkan bahwa dunia Islam tidak memiliki prospek untuk menjadi
demokratis serta tidak memiliki pengalaman demokrasi yang cukup andal.
Kesimpulan yang didapat dari para ahli tampaknya tidak terbukti jika mencermati
perjalanan demokrasi di Indonesia,negara muslim terbesar di Dunia. Beberapa
kali pelaksanaan Pemilu secara langsung telah berlalu tanpa menimbulkan
pertumpahan darah.
Umat Islam seringkali kebingungan dengan
istilah demokrasi. Di saat yang sama, demokrasi bagi sebagian umat Islam sampai
dengan hari ini masih belum bisa diterima secara bulat. Sebagian kalangan
memang bisa menerima tanpa reserve,
sementara yang lain justru bersikap ekstrem. Menolak bahkan mengharamkannya
sama sekali.
DAFTAR
PUSTAKA
A Ubaedillah &
Abdul Razak. 2013. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Pranada Media Group
Aep Saepulloh &
Tarsono. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi Islam . Bandung: Batic Press.
Harjanto,Nicolaus Teguh
Budi. 1997. Memajukan Demokrasi Mencegah
Demokrasi: Sebuah wacana pembangunan politik: Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya
Hasan,Ismail. 1996. Membangun Masyarakat Dinamis,Demokratis,dan
Berkeadilan: Yogyakarta: Ababil
Mufti,Muslim. 2012. Teori-teori Politik: Bandung: Pustaka Setia
[1] A. Ubaedillah
dan Abdul Rozak. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan Masyarakat madani. Prenada Media
Group. Jakarta,66
[2] Mufti,Muslim. 2012. Teori-teori Politik: Bandung: Pustaka Setia. 112
[3] Hasan,Ismail.
1996. Membangun Masyarakat
Dinamis,Demokratis,dan Berkeadilan: Yogyakarta: Ababil. 82
[4]
Harjanto,Nicolaus Teguh Budi. 1997. Memajukan
Demokrasi Mencegah Demokrasi: Sebuah wacana pembangunan politik: Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya. 109
[5]
A Ubaedillah & Abdul Razak. 2013. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Pranada Media Group. 85
[6] Aep Saepulloh
& Tarsono. 2011. Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Islam . Bandung: Batic Press. 115
[7]
A Ubaedillah & Abdul Razak. 2013. Pancasila,Demokrasi,HAM,dan
Masyarakat Madani. Jakarta: Pranada Media Group. 88
Tidak ada komentar:
Posting Komentar