Kamis, 02 April 2015

Sosiolog "Ferdinand Tonnies"

a.      Biografi Ferdinand Tonnies

Ferdinand Tonnies lahir di Schleswig, Jerman Timur pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Sepanjang hidupnya ia bekerja di universitas kota Kiel. Ia merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman. Dan ia jugalah yang melatarbelakangi berdirinya German Sosiological Association (1909, bersama dengan George Simmel, Max Webber, Werner Sombart, dan lainnya ).

Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya buku yang berjudul Gemeinschaft dan Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan dialihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh Charles P. Loomis, karyanya yang lain berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology). Diakhir usianya, Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan seringkali ia diundang menjadi professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog dimasanya.


b.      Teori Ferdinand Tonnies
Dikotomi antara bentuk struktur sosial pramodern dan yang modern tidak hanya dikenal dalam analisa Durkheim. Mungkin sangat mirip dengan distingsi Tonnies yang terkenal itu antara masyarakat Gemeinschaft dan masyarakat Gesellschaft. Terjemahan Inggrisnya adalah community dan society untuk masing-masingnya, yang pada dasarnya juga berhubungan dengan istilah solidaritas mekanik dan organik. Bagi Tonnies, masyarakat Gemeinschaft mencerminkan satu kemauan yang bersifat alamiah dan memperlihatkan satu struktur sosial yang ditandai oleh kesatuan organik, tradisi yang kuat, hubungan yang menyeluruh dan memperlihatkan spontanitas dalam perilaku. Sebaliknya masyarakat Gesellschaft ditandai oleh kemauan yang bersifat rasional, yang lebih sdirencanakan, serta mengutamakan hubungan sosial yang didasarkan pada spesialisasi tertentu. Disitingsi Maine antara status dan kontrak memperlihatkan dikotomi yang serupa, seperti yang kemudian banyak dilukiskan oleh Redfield antara kebudayaan rakyat dan kebudayaan kota. (Johnson, 1986 : 189).
Ferdinand Tonnies berpendapat bahwa Masyarakat adalah karya ciptaan manusia sendiri. Hal ini ditegaskan oleh Tonnies dalam kata pembukaan bukunya. Masyarakat bukan organisme yang dihasilkan oleh proses-proses  biologis. Juga bukan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian individual yang masing-masing berdiri sendiri, sedang mereka didorong oleh naluri-naluri spontan yang besifat menentukan bagi manusia. Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara relasi-relasi timbal balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari masyarakat.
Berkenaan dengan kemauan itu, Tonnies membedakan antara Zweckwille, yaitu kemauan rasional yang hendak mencapai suatu tujuan, dan Triebwille, yaitu dorongan batin berupa perasaan. Disting ini berasal dari Wilhelm Wundt. Kita bicara tentangZweckwille, apabila orang hendak mencapai suatu tujuan tertentu dan mengambil tindakan rasional kearah itu. Suatu no nonsense mentality menuntun orangnya dalam merencanakan langkah-langkah tepat untuk mencapai tujuan itu. Misalnya diwaktu masalah transport di kota metropolitan New York ditangani pada tahun 1811, para ahli membuat suatu streetplan berdasarkan dalil geometri, bahwa garis bujur merupakan jarak paling dekat antara dua titik. Pertimbangan nonrasional tidak dimasukkan kedalam perhitungan mereka. biasanya dibidang ekonomi orang yang hendak mencari keuntungan atau memberi jasa-jasa pelayanan didorong oleh“Zweckwille”. Dalam rangka tujuan itu mereka mendirikan kongsi-kongsi atau mengadakan relasi-relasi dagang, dimana bukan relasi sendiri menjadi pertimbangan, melainkan tujuan yang mau dicapai melalui relasi itu.
“Triebwille” meliputi sejumlah langkah atau tindakan, yang tidak berasal dari perhitungan akal-budi melulu, melainkan dari watak, hati, atau jiwa orang yang bersangkutan. Triebwille bersumber pada selera, perasaan, kecenderungan psikis, kebutuhan biotis, tradisi, atau keyakinan orang. Misalnya orang bekerjasama karena senang dengan keramaian, ingin belajar, mau menolong, atau merasa diri berguna, kreatif, dan sebagainya. Pascal, seorang filsuf Prancis pernah berkata bahwa hati manusia mempunyai logikanya sendiri yang sering tidak dimengerti atau mungkin dipertanggungjawabkan oleh pikiran rasional.
Triebwille paling menonjol dikalangan kaum petani, orang seniman, rakyat sederhana, khususnya wanita dan generasi muda. Zweckwille lebih menonjol dikalangan pedagang, ilmuwan, dan pejabat-pejabat. Umumnya orang-orang tua lebih bersikap rasional dan berkepala dingin daripada orang muda.
Distingsi tersebut ini langsung berpengaruh atas corak dan ciri interaksi orang dalam kelompok atau masyarakat, sehingga kita dapat membedakan antara dua tipe masyarakat, yaitu:

a.  Gemeinschaft (paguyuban)
Merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat dalam hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan bersifat kekal. Dasar hubungannya adalah rasa cinta dan persatuan batin yang juga bersifat nyata dan organis sebagaimana dapat diumpamakan peralatan hidup tubuh manusia atau hewan. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Gemeinschaft adalah bentuk hidup bersama yang lebih bersesuaian denganTriebwille. Kebersamaan dan kerjasama tidak dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan di luar, melainkan dihayati sebagai tujuan dalam dirinya. Orangnya merasa dekat satu sama lain dan memperoleh kepuasan karenanya. Suasanalah yang dianggap penting daripada tujuan. Spontanitas diutamakan diatas undang-undang atau keteraturan. Tonnies menyebut sebagai contoh yaitu  keluarga, lingkungan tetangga, sahabat-sahabat, serikat pertukangan dalam abad pertengahan, gereja, desa, dan lain sebagainya. Para anggota diperstukan dan disemangati dalam perilaku sosial mereka oleh ikatan persaudaraan, simpati dan perasaan lainnya sehingga mereka terlibat secara psikis dalam suka duka hidup bersama. Dengan kata lain bahwa mereka sehati dan sejiwa.
     Menurut Ferdinand Tonnies, prototype semua persekutuan hidup yang dinamakan “Gemeinschaft” itu keluarga. Orang memasuki jaringan relasi-relasi kekeluargaan karena lahir. Walaupun kemauan bebas dan pertimbangan rasional dapat menentukan apakah orangnya akan tetap tinggal dalam keluarganya atau tidak, namun relasi itu sendiri tidak tergantung seluruhnya dari kemauan dan pertimbangan itu. Ketiga soko guru yang menyokong Gemeinschaft ialah:
a.       Gemeinschaft by blood (ikatan darah), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Contoh: kekerabatan, masyarakat-masyarakat suatu daerah yang terdapat di daerah lain.
b.       Gemeinschaft of place (tempat), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan sehingga dimungkinkan untuk dapat saling tolong menolong. Contoh: RT dan RW.
c.       Gemeinschaft of mind (jiwa-pikiran), yaitu Gemeinschaft yang mendasarkan diri pada ideologi atau pikiran yang sama. Contoh: rasa kekerabatan, ketetanggaan dan persahabatan.

b.      Gesellschaft (patembayan)
yaitu merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek. Gesellschaft bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, serta strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan pada sebuah mesin. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi Gesellschaft merupakan tipe asosiasi  dimana relasi-relasi kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor lahiriah seperti persetujuan, peraturan, undang-undang dan sebagainya. Menurut Tonnies, teori Gesellschaft berhubungan dengan penjumlahan atau kumpulan orang yang dibentuk atau secara buatan (artificial). Apabila dilihat secara sepintas kumpulan itu mirip dengan Gemeinschaft, yaitu sejauh para individual hidup bersama dan tinggal bersama secara damai. Tetapi dalam Gemeinschaft mereka pada dasarnya terus bersatu sekalipun ada faktor-faktor yang memisahkan, sedang dalam Gesellschaft pada dasarnya mereka tetap terpisah satu dari yang lain, sekalipun ada faktor-faktor yang mempersatukan.
Tonnies memakai istilah “hidup yang organis dan nyata (real)” untuk relasi-relasi yang berlaku didalamGemeinschaft, dan istilah “struktur yang khayal dan mekanis” untuk relasi-relasi yang berlaku didalam Gesellschaft. Yang pertama membentuk suatu kesatuan hidup, dimana unsur kesatuan dan kolektivitas lebih menonjol, yang kedua menyerupai bagan makanisme dimana individu dan kepentingannya lebih menonjol. Dunia bisnis dan masyarakat dimana kelas menengah telah memperoleh kedudukan penting (misalnya kota besar) dicirikhaskan oleh relasi-relasi persaingan, perlawanan, atau kerjasama atas dasar kepentingan individual pesertanya.
Perlu kita maklumi bahwa Tonnies tidak pernah mengatakan bahwa tipe masyarakat Gemeinschaft adalah (sama dengan) organisme, dan tipe masyarakat Geselschaft adalah (sama dengan) mekanisme. Sebaliknya ia menolak baik Realisme maupun Nominalisme yang kedua-duanya sejak Aristoteles selalu diperbincangkan oleh filsuf-filsuf dan telah menghasilkan dua gambaran masyarakat yang ekstrem. Ia hanya bertujuan untuk melukiskan atas cara abstrak dan dengan memakai konsep-konsep, dua bentuk atau tipe kehidupan bersama yang berbeda-beda dan merupakan dua kemungkinan abstrak.
Dengan mengingat bahwa manusia makhluk dwi-tunggal yang menyatukan dalam dirinya baik individualitas maupun sosialitas, maka kita dapat mengatakan bahwa masyarakatnya selalu akan bercorak entah kurang lebihindividualistis, entah kurang lebih kolektivistis, tetapi tidak pernah individualistis melulu atau kolektivistis melulu. Hanya atas cara analitis kedua kemungkinan itu dapat dipisahkan. Pembedaan logis itu antara dua pola dasar tidak berarti bahwa dalam kenyataan kedua tipe masyarakat muncul juga dengan murni dan secara ekstrem.
Sebagaimana telah dikatakan oleh Cooley, bahwa konsep-konsep egoism dan altruism, pilihan bebas dan kewajiban sosial, hanya saling menolak dibidang konseptual saja, sedang dalam kenyataannya mereka tetap terjalin menjadi satu hidup, demikian juga sama halnya dengan konsep-konsep Gemeinschaft dan Gesellschaft. Dalam kenyataan praktis mereka tidak saling menolak, sebab tidak mungkin ada Gemeinschaft tanpa ciri-ciri Gesellschaft, dan tidak ada Gesellschaft tanpa ciri-ciri Gemeinschaft. Misalnya keluarga tradisional dan masyarakat desa yang merupakan contoh –contoh Gemeinschaft tidak akan dapat bertahan terus seandainya tidak ada peraturan, undang-undang, sistem peradilan, dan kepemimpinan. Sekalipun orangnya didorong oleh idealism dan kemauan baik, dan menggabungkan diri kedalam suatu “Gemeinschaft”, mereka tetap membutuhkan beberapa kepastian yang menyangkut rejeki dan kebutuhan lain.
Dilain pihak, walaupun suatu perusahaan atau administrasi negara diatur dan diselenggarakan secara birokratis dan rasional menurut gambaran Gesellschaft, unsur-unsur manusia yang nonrasional akan tetap ikut memainkan peran dan mempengaruhi interaksi orang yang bersangkutan. Seandainya tidak, mereka menjadi kumpulan robot-robot yang tidak berjiwa. Sama sebagaimana Zweckwille dan Triebwille selalu terjalin, demikian juga halnya dengan manifestasi mereka berupa kedua pola interaksi masyarakat. Itu sebabnya Toennies menegaskan bahwa tiap-tiap relasi selalu mengungkapkan ketunggalan dalam kebhinekaan, dan kebhinekaan dalam ketunggalan. Hanya kalau kita membuat suatu deskripsi yang umum dan abstrak, kita mempertentangkan unsur yang satu terhadap unsur yang lain. Misalnya kita berkata bahwa seorang seniman mengharapkan penghargaan (Triebwille), sedang seorang pedagang mengharap keuntungan. Ini suatu pertentangan abstrak dan generalisasi. Sebab dalam kenyataan hidup kedua hal tampak dalam keadaan tercampur. Si seniman juga harus mencari uang dan si pedagang juga sebagai manusia bisa menginginkan penghargaan. Sebenarnya kita harus berkata bahwa si seniman lebih banyak mengharapkan penghargaan, sedang si pedagang lebih banyakmengharapkan keuntungan. Begitu juga halnya dengan kedua tipe masyarakat, mereka selalu bentuk campuran. Pola interaksi yang berlaku dalam Gemeinschaft dan pola yang berlaku dalam Gesellschaft tidak saling menolak atau bertentangan satu terhadap yang lain. Tiap-tiap relasi mengandung dua aspek, selalu ada dua hal yang kait-mengait an tak mungkin dipisahkan dalam hidup. Namun demikian, dalam tipe Gemeinschaft unsur hukum, peraturan, dan disiplin kurang dipentingkan dan tidak sama menonjol seperti dalam Gesellschaft, sedang unsur perasaan dan solidaritas yang berasal dari Triebwille tidak begitu menonjol dalam Gesellschaft.
Apabila semua masyarakat yang kita kenal coraknya kita tempatkan diatas suatu garis bujur, dimana ujung satu merupakan Gemeinschaft murni dan ujung lain Gesellschaft murni, maka kita akan melihat bahwa ada masyarakat yang lebih dekat dengan ujung satu dan ada yang lebih dekat dengan ujung lain, tetapi tidak ada yang bertepatan dengan salah satu ujung.
Sehubungan dengan individu juga kita harus mengatakan bahwa ia selalu mondar-mandir antara dua tipe kelakuan. Ada kalanya pada kesempatan tertentu ia bersikap amat disipliner, zakelijk dan rasional, sedang pada waktu lain ia lebih banyak didorong oleh pertimbangan dan motivasi afektif.
Paradigma atau alasan Ferdinand Tonnies mengeluarkan teori tersebut adalah:
·         Paradigma fakta social
·         Paradigma fenomena social
·         Paradigma tingkah laku atau perilaku social

      Hubungan teori Ferdinand Tonnies dengan fenomena sosial
Ferdinand mengemukakan teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gessellschaft yang dimana membahas mengenai masyarakat paguyuban dan patembayan. Masyarakat paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggota diikat dalam hubungan batin bersifat alamiah dan bersifat kekal. Salah satu contohnya adalah keluarga. Dimana menurut Ferdinand juga dalam hal ini terikat oleh tiga faktor yaitu ikatan darah, tempat tinggal dan satu ideologi atau satu tujuan. Hal ini tentu saja benar-benar sama dengan kehidupan nyata. Kesinambungan antara pemikiran Ferdinand dengan contoh tersebut.
Patembayan itu sendiri merupakan kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan untuk jangka pendek, kemauannya bersifat rasional dan lebih direncanakan. Contohnya masyarakat kota yang pada era ini cenderung bersifat individu yang memiliki ikatan dalam jangka pendek.

@Mlutfiansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar